Monday, January 3, 2011


Cerita sex pemerkosaan – memperkosa bawahanku sendiri, Aku seorang pegawai sebuah perusahaan Garment di kawasan Bandung timur. Aku bekerja sebagai seorang supervisor produksi di bagian jahit. Memang kebanyakan pegawai/karyawan di tempatKu bekerja adalah perempuan. Mereka berasal dari sekitar pabrik atau orang luar yang kost di sekitar itu. Aku memiliki seorang asisten supervisor perempuan yang masih berusia 20 tahun. Namanya Ati Rohaeti. Gadis berkerudung yang cukup pintar dan rajin bekerja. Selama bekerja dengan asistenKu itu, Aku sering memperhatikan tingkah laku dan keadaan asistenKu.



Dari mulai Ati memakai pakaian hingga cara kerja dan berbicara gadis itu. Memang Ati orangnya pandai bergaul dan terkadang membuat laki-laki yang ada di pabrik suka padanya. Potongan tubuhnya cukup gemuk untuk gadis seukurannya. Namun cara Ati berpakaian memang lain dibandingkan dengan gadis-gadis lainnya yang memakai kerudung. Ati lebih senang menggunakan celana jeans yang ketat. Hal itulah salah satu yang membuatKu sering memandangi Ati. Aku selalu memperhatikan pantat Ati yang cukup montok, terlebih Ati memiliki Payudara kecil yang justru smembuatKu semakin dongkol karena rencana yang kubuat selalu gagal.
Ati tinggal di sebuah rumah kontrakan di sekitar pabrik. Gadis itu tinggal sendiri di rumah kontrakan tersebut. Kalau boleh dibilang, Ati cukup berani untuk tinggal sendirian, padahal rumah kontrakannya berada di daerah yang sepi dengan jarak antar rumah cukup jauh. Terlebih-lebih bilamana saat kerja siang hari, Ati baru sampai di rumah kontrakannya jam 11 malam, disaat suasana sangat sepi.

Malam itu, setelah pulang kerja Aku sengaja menunggu di pabrik sampai agak sepi. Aku berencana akan pergi ke rumah kontrakannya Ati secara mendadak dengan alasan ada sesuatu yang urgent. Aku berfikir Ati tak akan menolak. Aku berencana akan memaksa gadis itu untuk melayani nafsu sexsKu dan kalaupun gadis itu berontak Aku sudah berencana akan memperkosa gadis itu.
Sekitar jam 11.30 malam Aku mulai bergerak menuju arah rumah kontrakan Ati. Ati saat itu memang sudah berada di rumahnya. Setelah melihat sekeliling dan merasa keadaan sepi. Aku mulai memasuki pagar rumah dan mengetuk pintu.
” Tok.. tok.tok…” Aku mulai mengetuk pintu.
Pintu terbuka, dan alangkah kagetnya Ati melihat kedatanganKu secara tiba-tiba. Untung gadis itu telah selesai mandi dan masih menggunakan kerudungnya.
” Eh. Bapak.. Ati sampai kaget… Ada apa yach malam-malam kesini ?” Ati bertanya.
” Nggak, Ti. Saya ada keperluan sebentar. Soalnya ini urgent. Dan harus selesai besok pagi. Kira-kira kamu nggak keberatan kan kalau saya berbicara sebentar dengan Ati !” Aku menjawab dengan tenang.
” Nggak apa-apa Pak, tapi jangan lama-lama. Soalnya udah malam entar nggak enak sama orang-lain, ya Pak yach…!”
” Iya, cuman sebentar ko. Paling 10 menit…Ok..!” JawabKu
Ati mempersilahkan Aku untuk masuk. Begitu masuk ke dalam Aku memperhatikan sekeliling rumah itu. Ati mempersilahkan Aku duduk di karpet.
” Sebentar Pak, Ati ke belakang dulu…!”Ati berkata
” Iya tapi nggak usah repot-repot, Saya khan cuman sebentar ko.!” Aku menimpali.
Ketika Ati berbalik, Aku memperhatikan gadis itu dari belakang. Saat itu Ati mungkin lupa belum memakai Underwear sehingga dari balik cahaya Aku melihat lekuk-lekuk kaki gadis itu mulai dari betis sampai pinggangnya. Aku semakin melotot ketika ternyata gadis itu memakai celana dalam merah jambu yang jelas-jelas cukup terlihat jelas di mataKu. Batang kemaluanKu menjadi tiba-tiba membesar dan nafsu birahiKu semakin meningkat.

Aku bergerak kearah pintu dan pelan-pelan mengunci pintu itu dan memasukkan kuncinya ke dalam celanaKu. Akupun mulai bergerak kearah dapur secara perlahan-lahan agar tak terdengar oleh gadis itu. Memasuki dapur Aku melihat Ati sedang mempersiapkan minum untukKu. Pelan-pelan Aku dekati Ati dari arah belakang dan secara tiba-tiba Aku pukul pundak Gadis itu. Karena dipukul tiba-tiba Ati tidak dapat menghindar dan jatuh tak sadarkan diri. Cepat-cepat Aku merangkul gadis itu agar tak jatuh.
Dengan sigap Kupangku gadis itu ke kamar dan merebahkan Ati yang sudah pingsan di atas kasur tanpa dipan. Setelah itu Aku kedapur dan minum minuman yang mau disuguhkan kepadaKu dan kembali ke kamar. Sambil mengatur nafasKu yang ngos-ngosan karena sudah tidak tahan. Tangan kananKu bergerak meraba Payudara gadis itu. Mulanya pelan-pelan tapi lama kelamaan semakin keras, bahkan kedua tanganKu dengan ganas meremas-remas payudara Ati yang kalau terlentang kelihatan rata.
Saking keenakannya meremas Payudara Ati Aku lupa dengan waktu yang sudah menunjukkan jam 12 malam. Karena takut gadis itu terbangun dari pingsannya. Cepat-cepat Aku mengambil tali plastic yang memang sudah Kupersiapkan. Aku pun mengikat tangan dan kaki Ati serta menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalam Ati yang ada di lemari. Tiba-tiba Ati terbangun dan membuka mata.
” eeeh…eh…” Erangnya merasakan sakit akibat pukulanKu.
Ati kaget karena dia tak dapat berbicara sedangkan kedua tangan dan kakinya terikat. Dan lebih kaget lagi ketika di hadapannya melihat Atasannya tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan Ati yang tak berdaya.
” Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi aja kepaksa Saya kerjain deh.?” Aku berbicara.
” Kepaksa, malam ini kamu harus bisa memuaskan Aku, Atasanmu.”..
Ati semakin takut karena dia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Dia akan diperkosa oleh atasannya sendiri. Dia hanya menangis tanpa suara yang jelas karena mulutnya disumbat. Dan tiba-tiba dihadapan Ati, Aku mulai membuka pakaianKu hingga telanjang. Batang kemaluanKu sudah berdiri sejak Aku masuk ke rumah Ati. Ati hanya bias menutup mata tak mau melihat pemandangan di depannya.

Aku bergerak mendekati Ati dan membuka sumpalan pada mulut Ati. Belum sempat berteriak, mulut Ati tiba-tiba Kusumpali dengan batang kemaluanKu yang sudah menegang dan membuat Gadis itu tersedak. Tapi tak bisa berbuat apa-apa karena Aku memegang kepala gadis itu. Rasa mual membuat Ati hampir muntah dan berusaha melepaskan kemaluanKu di mulutnya. Aku gerak-gerakkan kontolKu di mulut gadis itu. Selama sepuluh menit Aku jejali mulut gadis itu dengan batang kemaluanKu. Dan tiba-tiba Kukeluarkan kemaluanKu dari mulut gadis itu. Ati mencoba berteriak tapi Aku cepat-cepat membekap mulut Ati dan berkata.
Diem lu, jangan berteriak atau Saya bunuh kamu?”
Sambil menempelkan pisau dapur yang kebetulan ada di meja. Ati terdiam karena takut ancamanKu.
Dan hanya bisa menangis sampai gadis itu kelelahan dan lemas. Melihat Ati tak berdaya. Aku membuka ikatan pada gadis itu. Dan tanpa perlawanan yang berarti Aku buka pakaian Ati satu persatu hingg tubuh Ati telanjang bulat. Aku hanya meninggalkan kerudung kepala gadis itu di kepalanya. Tubuh polos Ati di mataKu terlihat sangat indah. Tak henti-hentinya Aku melihat dan berguman.
” Tubuh indah…. Indah sekali…. baru kali ini Aku melihat tubuh seindah ini !”
Di hadapanKu Ati hanya menangis pelan karena keadaan tubuhnya telah lemah. Gadis itu memang terlihat lucu dengan kerudungnya. Dan Aku sangat suka melihat tubuh telanjang Ati dengan kepala yang masih memakai kerudung, membuatKu semakin terangsang.
Gile Ti, memekmu itu lo….bulunya tipis tapi waduh…..?” gumamKu
Aku bergerak dan melangkahi Ati dengan kedua kakiKu berada di atas badan Ati. Kududuki perut Ati dan tiba-tiba kedua tanganKu meremas-remas Payudara gadis itu. Ati menjerit-jerit ketika Aku memijat-mijat putting susunya. Melihat Ati berteriak, cepat-cepat Aku membekap dan berkata, “Lu bias diem ngga…!?”.
Ati terdiam takut akan ancamanKu. Aku berdiri dan bergerak ke ruang tamu. Aku mengambil sesuatu dari kantongKu. Sebuah kamera digital.
” Sekarang Ati harus difoto dulu yach buat kenang-kenangan..”.
Aku mulai memoto Ati yang sudah telanjang dari berbagai posisi.
Selesai itu Aku menyimpan kembali kameranya. Mungkin sekitar 50 foto Kujeppret. RencanaKu foto itu akan kugunakan untuk menakut-nakuti gadis itu dan sebagai koleksi spesialku.
Aku mulai mendekati Ati kembali. Batang kemaluanKu sudah mengecil
karena kelamaan.
Sekarang, Lu harus nyobain kontolKu ini…pasti nikmat.?” Aku berkata.
” jangaaaaaan pak…jangaaaaaaaan ? Ati memelas.
Tapi Aku tak peduli dengan ucapan gadis itu.
Dan setelah jongkok di kasur depan Ati, Aku angkat paha Ati dan melebarkannya. KepalaKu menunduk memperhatikan memek Ati yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. KepalaKu bergerak dan mulutKu mulai menjilati memek gadis itu. Ati terengah-engah merasakan kemaluannya ada yang menjilati. Hanya suara erangan gadis itu saja yang terdengar. Sementara mulutKu menjilati memek Ati, tanganKu bergerak ke atas dan memijat-mijat payudara Ati serta mempermainkan putting susu gadis itu.. Ati menggeliat antara sakit, geli dan takut.
Tiba-tiba Ati mengangkat pinggulnya dan melemah. Rupanya Gadis itu telah orgasme. Dari vagina gadis itu keluar cairan. Ketika melihat bibir vagina gadis itu telah basah, cepat-cepat Aku arahkan kontolKu yang udah menegang dan mendekatkannya ke liang vagina gadis itu. Sambil memegang pinggul gadis itu, Aku menggerakkan pinggulKu, dan ” hup…”
Walaupun dengan susah payah akhirnya kontolKu masuk amblas ke dalam lubang memek Ati.

Ati menjerit kesakitan. Kurasakan KontolKu hangat dan serasa ada yang memijat-mijat. Aku mulai mengerakkan kontolKu maju mundur. TanganKu memegang pundak gadis itu sedang mulutKu menciumi putting susu Gadis itu. Ati mendesah-desah, membuatKu semakin bergairah dan kuganti permainanKu. Kubalikkan tubuh Ati. Dan memposisikan tubuh telanjang gadis itu seperti Anjing. Dari arah belakang kembali Kuhujamkan kontolKu ke liang memek gadis itu. GerakanKu semakin cepat.
Kedua tanganKu semakin kasar meremas-remas susu gadis itu. Ati semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Aku tak peduli. Terus saja Aku maju mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sampai akhirnya tubuhKu mengejang dan menyemprotkan spermaKu di vagina gadis itu. Setelah diam beberapa saat membiarkan kontolKu tertanam di lubang vagina Ati. Aku lepaskan kontolKu dan membalikkan tubuh Ati serta mengangkat kepala gadis itu serta memaksa Ati menjilati kontolKu yang masih basah oleh sperma dan darah. Setelah selesai dan merasa puas, Aku mengenakan kembali pakaianKu. Membiarkan tubuh Ati telanjang lemas. Setelah itu Aku bergerak mendekati Ati yang masih terisak-isak.
” Udah dulu yach, lain kali lagi aja..”
” Awas jangan bilang siapa-siapa atau fotomu ini akan aku sebarkan di pabrik.. Biar orang lain tahu tubuh kamu yang indah ini..”
” Jadi diam dan jangan beritahu orang lain. ”
Merasa Ati tak akan melawan. Sebelum meninggalkan gadis itu Kukecup bibir gadis itu. Dan berkata.
” Aku pulang dulu sayang dan terima kasih, lain kali Aku datang lagi he.he.he…”
Aku pergi meninggalkan Ati yang tetap menangis. Kira-kira, selama satu tahun bekerja di pabrik itu, Aku selalu memaksa Ati melakukan hubungan sex denganKu selama 25 kali.
Sampai akhirnya Aku keluar dari perusahaan itu.
TAMAT

Kekasihku Diperkosa Polisi


Kekasihku Diperkosa Polisi, cerita dewasa ini adalah fiktif belaka, karakter dan lokasi bisa mungkin sama jadi jangan anggap ini adalah kisah yang sesungguhnya yang penting kan bisa bikin crot!
Saya pertama kenal Vira ketika melihatnya menjadi model cover di sebuah majalah di Jakarta, kemudian ia juga menjadi bintang sinetron Abad 21. Vira berumur 17 tahun, cantik, kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling menarik perhatian orang-orang adalah buah dadanya yang bundar dan padat berisi. Semua orang yang menatap Vira pandangannya akan langsung tertarik ke arah buah dadanya yang membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi sangat proporsional dengan tubuh dan wajah Vira. Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian bertemu, sesekali menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering bertemu dan percakapan yang ada semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajaknya keluar makan malam.

Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan ternyata Vira senang sekali mendengar ajakan saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali menunggu pada saat menjemput Vira di rumahnya.
Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya menjemput Vira, untuk kemudian makan malam di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Vira mengajak saya untuk kembali ke rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya. Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu?
Sepanjang perjalanan pulang Vira berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti giliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan melupakan malam ini.
Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-lekas sampai ke rumah Vira, ketika tanpa sadar saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil saya. Saya meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Polantas tadi mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan SIM saya.
Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Vira yang duduk terdiam. “Anda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke kantor”, perintah Polantas tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil di pinggir kota.
Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas yang membawa kami. Ketika kami masuk, Sersan itu memandangi tubuh Vira dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Vira. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan.
Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan. Polantas tadi berkata, “Kalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu.” Sersan tadi menimpali, “Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!” Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Vira yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.
Mereka lalu membuka sel Vira dan masuk ke dalam. “Sekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan pacar kamu itu. Mengerti!” Sersan tadi langsung memegangi kedua tangan Vira sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Vira ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Vira berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Vira yang terus dipegangi oleh Sersan. “Wow, lihat dadanya.” Vira terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Vira, melemparkan tubuh Vira hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Vira. Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Vira ke rangka di atas kepala Vira.
Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Vira. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Vira, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Vira mengeras dan puting susunya mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Vira, sedangkan Vira hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya.
Saya berdiri di dalam sel di seberang Vira tak berdaya untuk menolong Vira yang sedang dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Vira. Polantas mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Vira menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.
“Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira.” kata Polantas.
“Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!”
“Dia pasti sempit sekali”, kata Sersan sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Vira.
Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Vira menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri.
“Betul kan, masih sempit sekali.”
Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Vira. Kemudian mereka membuka kaki Vira lebar-lebar dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Vira. Vira mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Vira.
Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah Vira, mengelus-elus wajah Vira dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Vira menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Sersan yang hitam.
“Ayo dong manis, buka mulut kamu”, kata Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Vira.
“Kamu belum pernah ngerasain punya polisi kan?” Vira tak bergeming.
“Buka!” bentak Sersan.
“Buka mulut kamu, brengsek!” Perlahan mulut Vira terbuka sedikit, dan Sersan langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Vira.
Mulut Vira terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai bergerak keluar masuk di mulut Vira, saya melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat masuk ke mulut Vira, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Vira. Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya. Julurin lidah kamu!” Vira membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Vira, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Vira.
“San, dia nggak mungkin bisa masukin punya Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!” Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan sekarang ada di antara kaki Vira dan Polantas berjongkok di dekat wajah Vira. Sersan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Vira. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir kemaluan Vira yang masih sempit. Polantas, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Vira. “Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya.” Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Vira, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Polantas berada di wajah Vira. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Vira. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.
“Saya keluuarrhh. Aaahhh!” Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Vira, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Vira, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Saya mendengar Vira berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Vira meronta-ronta berusaha mencari udara.
“Iyya… yaah! Telleeen semuaa! Aaahhh… aahhh… nikhmaattt!”
Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Vira langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Vira berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Vira terbatuk-batuk, “Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!”
Sementara Sersan yang masih mengerjai kemaluan Vira sekarang malah memegang pinggul Vira dan membalik tubuh Vira. Vira dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai menempel di lubang anusnya.
“Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan…”
“Aaahkk! Jangaaan!”
Vira menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Sersan berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Vira pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Sersan mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Vira. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Vira. Vira terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Vira hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.
Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Vira menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Vira. Sersan tidak peduli mendengar Vira berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Saya melihat berulang kali batang kemaluan Sersan keluar masuk anus Vira tanpa henti. Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Vira, kemudian menyembur ke pantat Vira dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Vira lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Vira. Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Vira dan berdua dengan Polantas mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Sersan berkata pada Polantas, “Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!”
Dini hari, ketika Vira kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Vira. Mereka menendang tubuh Vira agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Polantas menyodomi Vira sementara Sersan berbaring di bawah Vira dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Vira. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Vira dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Vira. Mereka terus berganti posisi dan Vira terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Vira yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.
Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka sel kami.
“Kalian boleh pergi.”
Saya membantu Vira mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah Vira. Kemudian saya membersihkan tubuh Vira dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih, “Jangan Pak, ampun Pak, sakit… ampuunn… sakiiit…”.
TAMAT

Ku Menikmati Perkosaan Ini


O ya..namaku Dita, kini usiaku menjelang 24 tahun Selama ini saya dan Mang Sardi sudah lama tidak melakukan belaian seperti dulu, mungkin 10 bulan lamanya sejak Dedi kemenakan mang Sardi merengut kegadisanku…dan tanpa saya sadari ternyata setelah kepulangan Dedi ke kampungnya Subang, dia(Dedi)telah menceritakan kisahnya sama mang Sardi pamannya itu yang sampe saat ini kembali kerja sebagai sopir keluarga Kami.


Hingga suatu saat Mang Sardi bertanya seperti ini kepadaku “Neng Dita kenapa melakukannya sama keponakan mamang??” Kontan saja saat mang Sardi Tanya itu saya kaget sekali, saya pikir Dedi akan diam seribu bahasa, tapi kenyataannya Dedi malah cerita ke pamannya itu, dan saya malu sekali mendengarnya langsung dari pertanyaan Mang Sardi, padahal beberapa bulan lalu atau mungkin satu tahun lalu Mang Sardi hanya membelai-belai daerah sensitifku dan tidak berani untuk membobol keperawananku yang ternyata keperawananku hancur oleh keponakannya sendiri . saat itu saya hanya tertunduk malu ketika Mang Sardi Tanya masalah itu ke saya yang kira-kira pada awal bulan November 2003 menjelang puasa , yang sudah hampir 10 bulan sejak Dedi membobol keperawananku saya tidak pernah bermain belaian seks sama siapapun termasuk Mang Sardi, karena sejak saya berhubungan badan untuk pertama kalinya itu saya anggap itu yang terakhir kali melakukannya (malah saya sempat bersumpah untuk tidak melakukan kegiatan seks sekecil apapun), tapi terus terang saja kalo saya betul-betul tersiksa dengan gejolak seks yang sudah saya tahan sejak 10 bulan lalu. Dan ternyata Mang Sardi mengungkit lagi masalah itu sehingga terlintas lagi bayangan seks di pikiranku ketika mang sardi bertanya tentang hubungan seks ku dengan keponakannya. Saat mang Sardi Tanya itu saya lagi nonton tivi di ruangan bawah pagi jam 10 dan seperti biasa di rumah sepi karena ortu pada kerja dan adikku sekolah.

Saya masih ingat betul saat itu tanggal 4 November 2003 atau 2 hari menjelang puasa. Saya jawab saat itu begini “ah Mang Sardi ….udah ah jangan Tanya masalah itu lagi, dita jadi malu dengernya…” begitu kira-kira jawabku saat itu…lalu mang Sardi tersenyum sambil agak mendekatkan wajahnya ke arahku yang saat itu sedang tiduran di sofa depan tivi dan ngomong seperti ini “dulu neng Dita suka diusap sama mamang….kalo mamang ngajak Neng Dita lagi usap-usapan lagi kira-kira neng Dita mau ga??” Saya tentu saja menggeleng sambil menyuruh mang Sardi meninggalkan ruangan keluarga “udah mang jangan ganggu Dita deh…mending Mamang ke dapur aja gih!!!” kataku setengah menghardik saat itu. karena jenuh nonton tivi saya kepengen mandi pagi saat itu yang kebetulan ada kuliah jam 12 dan langsung menuju kamar mandi dan setelah selesai keramas saya langsung menuju ke atas kamarku sambil pake daster dan di kamar saya langsung pasang hair dryer untuk keringin rambut sambil terlihat pintu kamarku setengah terbuka karena aku anggap ga ada siapa-siapa diatas aku membuka daster yang kebetulan tidak memakai cd dan bh jadi langsung aku buka saat itu dan ternyata mang Sardi mengintip kegiatanku membuka daster yang sudah pasti saat itu saya telanjang bulat. Saya lihat dari cermin kamar bayangan Mang Sardi sedang menyapu tapi tatapannya ke arah tubuhku saya memekik kaget dan menutup kamar dan ternyata Mang Sardi malah lebih nekat memasuki kamarku yang kebetulan ga ada kuncinya itu saya menutup dadaku dengan tanganku saat itu dan memohon ke mang Sardi untuk meninggalkan kamarku saat itu eh dia malah tersenyum sambil bilang gini “neng Dita kenapa jadi penakut begitu padahal beberapa waktu lalu Neng Dita meminta mamang untuk mengusap-ngusap neng Dita, mamang kepengen merasakan seperti yang Dedi rasakan waktu itu boleh kan, dijamin mamang ga akan melakukannya dengan kasar kok ”begitulah katanya dengan tetap melihat bagian tubuhku yang vital, saat itu saya hanya menutup pake tangan kemaluanku dan dadaku dan tentu saja bagian-bagian tubuhku yang lain terlihat jelas putih dan mulus.

Saat itu Mang Sardi makin berani mendekatiku sambil mendesakku ke arah dinding kamarku yang membuat saya semakin ketakutan karena saat itu saya berjanji ga akan melanggar sumpahku untuk tidak melakukan kegiatan seks dengan siapapun walau beberapa bulan lalu saya sempet minta di usap-usap sama mang Sardi.

O ya saat itu saya masih tetep single ga punya pacar karena takut sama mama kalo punya pacar, dan setelah mang Sardi semakin mendesak ke arah dinding semakin dekat pula hembusan nafasnya di wajahku dan dia mulai membelai rambutku sambil saya memohon ke dia untuk tidak meneruskan aksinya sampai saya bilang begini” mamang jangan teruskan, dita udah janji ga akan lagi seperti dulu-dulu saat sama mamang karena dita takut ketagihan mang, tolong mang hentikan…” sambil sedikit demi sedikit berjongkok sambil tetap tanganku menutup aurat yaitu dada dan kemaluanku dengan keadaan telanjang saat itu , eh mang Sardi malah bilang gini”tenang neng Dita mamang pasti akan lembut melakukannya Neng….soalnya mamang lihat akhir-akhir ini neng Dita sering melamun dan semakin hari neng Dita semakin membuat mamang jatuh cinta dengan kemulusan dan kecantikan neng Dita, apalagi disaat neng Dita dibalut handuk , aduh mamang mah ga kuat melihatnya juga neng…beda sekali dengan beberapa bulan lalu neng….saat ini neng Dita semakin kelihatan cantiknya”katanya dengan logat sunda merayu dan saat saya berjongkok begitu saya memejamkan mata saat dia mulai elus-elus rambut,pipi dan kelopak mata saya yang saat itu agak sedikit air mata,dan tangannya terhenti di telinga dan usap-usap di telinga sambil sesekali melebar usapannya ke leher yang lambat laun merangsang gairah seksku yang saat itu sudah tidak mens lagi sejak 3 hari.

Saya pun terdiam disaat mamang ikut jongkok dan membelai tangan yang menutup bagian dada, sambil tetep memejamkan mata ini, dan mamang membukakan tangan ini dari dada dan anehnya saya pun menurut saat itu ketika dadaku mulai terbuka karena mamang menyibakkan tangan yang menghalangi dada ini. Lalu dia menaruh tangan kiri saya ke bawah sehingga di posisi jongkok itu dia bisa secara jelas melihat dadaku kiri dan kanan yang mancung, dan mamang pun mulai membelai dada ini saat itu sambil tetep kami berjongkok berdua dan sesekali dia melihat ke arah kemaluanku yang masih ku tutup dengan tangan kananku dan tangannya menyibakan tangan kanan ku yang saat itu menghalangi kemaluanku dan sayapun seperti dihipnotis menurut dengan lemah saya turunkan tangan kananku saat itu sehingga posisiku waktu itu berjongkok bersandar ke dinding kamar dan tanganku dua-duanya saya turunkan ke bawah yang tentu saja dengan leluasa Mang Sardi melihat pemandangan indah yang akhir-akhir ini ngga pernah lagi dinikmatinya seperti dulu.

Dan setelah mang sardi mulai menyentuh kemaluanku dengan posisi berjongkok itu sayapun ikut hanyut menikmatinya karena sudah lama sekali saya tidak melakukannya sejak 10 bulan lalu berhubungan badan pertama kali dengan keponakannya Dedi. Saya memejamkan mata dan mencoba menikmati suasana itu sambil sesekali tak sadar mengeluarkan suara desahan yang mungkin membuat mang Sardi tambah bernafsu saja saat itu. Lalu dia mencoba memangku tubuhku saat itu ke atas ranjangku dan anehnya saya mengulurkan tangan saat itu seperti memberi akses kepadanya untuk lebih jauh lagi melakukan kenikmatan.

Saat itu saya betul-betul hanyut dengan sentuhannya dan melihat jam di dinding kamarku sudah jam 12 siang,artinya saya harus kuliah tapi ga kepikir untuk bersiap-siap kuliah hanya perasaan nikmat yang ada dipikiranku saat mang sardi mengangkat tubuhku ke atas kasur…dan adegan berikutnya mang Sardi membuka ghespernya yang usang itu lalu pelan-pelan sekali membuka celananya sendiri yang ternyata dia ga pake celana kolor lagi saat itu dan terlihatlah kemaluannya yang menegang kalo dibandingkan dengan burung keponakan nya lebih kecil diameternya tapi lebih putih warnanya…sambil membuka celananya itu dia masih tetap memakai kemeja lusuhnya dan meminta saya untuk mengusap kemaluan yang tegang itu. Saya pun dengan pelan-pelan meraih kemaluan mang Sardi yang hangat dan berdenyut lalu perlahan mengocoknya seperti yang pernah saya lakukan setahun lalu di mobilku bersamanya.

Dia dengan posisi berlutut merem melek ketika saya mengocoknya perlahan sementara saya hanya berbaring saja di kasur dengan posisi tidur terlentang dan sesekali dia melihat ke arahku dan tak lama dia meraih buah dadaku yang putih mulus, memang dadaku ini sedang untuk ukuran cewe hanya 34b nomor bh ku tapi mancung, putih dan mulus tanpa cacat, mungkin itu yang membuat mang Sardi tergila-gila. Lalu kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan berusaha mencium bibirku tapi aku menolaknya dengan menggelengkan kepala di bantal saat itu dan dia hanya menciumi kening leher dan dadaku lalu ciumannya ke perut dan berakhir di kemaluanku yang sudah basah sekali …ah nikmat sekali rasanya…saya menolak diciumnya karena mang Sardi perokok jadi bau sekali nafasnya dengan bau rokok cerutu kebiasaannya. Tapi saat dia berlama-lama cium daerah kemaluanku saya betul-betul di awang-awang dan mengejang seperti ingin pipis tapi nikmat sekali.

Setelah saya orgasme dan tubuhku bersimbah keringat dia menghentikan kegiatannya, lalu Tanya gini ke saya”neng Dita….kalau burungnya mamang dimasukin ke itu nya neng Dita…boleh ga??”katanya lembut Saya hanya menganguk saat itu lalu dia bilang lagi”tapi neng Dita istirahat saja dulu…mamang liat neng Dita kepanasan” Saya menganguk saat itu, memang cuaca di atas sini panas sekali kalo siang-siang apalagi jam 12-an. Tak lama 15 menit kemudian mang Sardi membawakan air putih dingin dari bawah dengan hanya pake baju kemeja lusuhnya saja dan terlihat burungnya mengecil Lalu setelah saya meminumnya dia Tanya begini”neng Dita saat itu pernah mengulum burung nya Dedi ngga?”tanyanya polos,aku pikir saat itu “dasar dari kampung,polos banget pertanyaannya” lalu menggeleng jujur…dan dia tersenyum seakan dia ingin dikulum burungnya.

Dan setelah saya menaruh gelas di meja dia naik lagi ke kasur kamarku dan mulai membelai dadaku lagi….saya kemudian berbaring lagi memejamkan mata dan mulai menikmati sentuhannya lagi sambil agak mengangkat kaki kiriku saat itu saya mengerang dan mendesah saking nikmatnya dan burung mang Sardi terlihat berdiri lagi dan mendekatkannya ke arah mulutku saya sempet menggeleng tapi dia setengah memaksa mendekatkan kemaluannya ke arah bibirku sekilas tercium bau keringat di sekitar kemaluannya dan saya berusaha untuk tidak menghirupnya dan mencoba membuka mulut ini saat mamang menyodorkan kemaluan yang diameternya lebar itu dan saat saya mulai menyentuhkan lidah ke liang penisnya terasa asin dan aneh lalu lambat laun saya memasukan agak lebih dalam ke mulutku…dan itu adalah kemaluan laki-laki ke dua yang aku kulum setelah kemaluan Dedi keponakannya beberapa waktu lalu.

Agak lama saya memaju mundurkan kepalaku saat mengulum kemaluan mang sardi di mulutku saat itu dan terasa pegal mulutku saat itu dan akhirnya sekitar 15 menit kemudian keluarlah air kental berasa aneh dari kemaluannya yaitu sperma mang Sardi muncrat tepat di mulutku yang mungkin setengahnya termakan olehku saat itu , saya sempat tersedak dan mau muntah tapi ditutupkan mulutku ini sama mang sardi waktu itu, sehingga termakan hampir seluruhnya sperma nya itu. Setelah itu dia mencoba menjilati kemaluanku yang basah sambil sesekali tangannya aktif membelai dadaku dua-duanya lama sekali sehingga saya merasakan orgasme ke 2.

Setelah kami istirahat ½ jam sambil sesekali bercerita dengannya, kami mulai melakukan kegiatan lagi yang ketiga kalinya saya liat jam 2 siang artinya saya ga kuliah hari itu, sementara ortuku sama ade ku ada di rumah tepat jam 6 sore.

Saat itu sempet terpikir olehku kalo mang Sardi ini ingin mencicipi tubuhku seperti keponakannya membobol keperawananku. Tapi saya ga peduli saat itu yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikamatn saat itu yang kami lakukan berdua, betul-betul hari yang melelahkan sekaligus mengasikan.

Saat kegiatan yang ke 3 ini kami mulai belai satu sama lain dia belai dada kemaluan paha dan punggung,sementara saya belai penis dada dan sesekali wajahnya dan saat itu kami sempet berciuman bibir rasanya aneh sekali, mang sardi yang usianya 50 tahunan menciumi bibir mungilku yang merah ini tapi saat bermain lidah itu enak rasanya dan saat itulah mang Sardi mengarahkan penisnya ke kemaluanku. mamang terlihat hati-hati dan pelan-pelan memasukannya karena masih sempit dan terasa perih beberapa kali ga berhasil masuk tapi setelah dengan sabar dia mangarahkannya dan saya Bantu dengan mengarahkan penisnya ke kemaluanku akhirnya masuk juga walau agak sedikit nyeri(maklum saya hanya dua kali melakukannya lagi pula rentang waktu 10 bulan cukup lama) yang pada akhirnya saya merasakan nikmat tiada tara yang lebih nikmat melakukannya dibanding dengan keponakannya itu.

Setelah sekian lama kami bersenggama akhirnya saya berteriak”ahhhhhhh……mmmmaaammaaaang Ddittttaaaa kellluaaarrrrr”maka saya pun orgasme untuk ke 3 kalinya sementara mang sardi terl;ihat blum keluar dan dia mencabut kemaluannya dan menyuruh saya mengulumnya kali itu agak lama saya mengulumnya dan terasa pegal mulut ini hampir ½ jam akhirnya keluar juga spermanya….dan kami masing-masing berpakaian setelah terlihat jam dinding sudah jam 4 sore…… Sejak saat itu sampe sekarang kami sering melakukan hubungan badan ini yaitu dengan mencuri-curi kesempatan di saat rumah sepi.

Artis Diperkosa


Sebuah mobil menelusuri ramainya jalan raya ibu kota ketika hujan lebat. Di dalam mobil itu terlihat seorang gadis yang sedang nyetir sambil asyik mendengarkan hentakan musik. Gadis berwajah Indo itu tidak lain adalah Carissa Putri, artis cantik yang mempunyai bentuk tubuh yang bila dipandang membuat cowok-cowok menelan ludah.

Nama Carissa mulai terkenal sejak ia membintangi film Ayat-ayat Cinta, popularitasnya makin meroket setelah membintangi sejumlah film lain, sinetron dan iklan serta menjadi ikon sebuah program pelangsing tubuh.
“Ihh…udah ujan…macet lagi…” gerutu Carissa dalam hati karena kesal jalanan macet terus sejak tadi, hal yang biasa di ibukota kalau jam-jam bubaran kerja seperti ini.
“Kalau begini terus, kapan nyampai rumah” Carissa terus menerus ngomel sendirian. Semakin lama Carissa semakin bete, sehingga musik yang tadinya tidak begitu keras sekarang volumenya ditambah hingga suara musiknya terdengar sampai keluar mobil.
“Akhirnya…yes!” Carissa berkata sambil menghela nafas panjang merasa lega karena sudah keluar dari kemacetan dengan cara mengambil jalan lain.

Ia terpaksa mengambil jalan alternatif meskipun rutenya lebih panjang dari pada jalan yang biasa ditempuh sehari-hari, namun setidaknya dapat menghindari macet dan lebih menghemat waktu bila di jalan biasa sedang macet seperti sekarang. Mobil yang dikendarainya sudah mulai masuk pinggiran ibukota, jalannya agak rusak berlubang dan sekitarnya juga sangat sepi, hanya terlihat ladang ditumbuhi pepohonan dan tanah-tanah kosong di sepanjang jalan, bahkan Carissa jarang bertemu dan berpapasan dengan kendaraan lain. Ternyata kondisi hari ini memang tidak berpihak kepadanya. Carissa yang tadi mengira bisa sampai di rumah dengan cepat, ternyata jauh di luar dugaannya, mobilnya tiba-tiba mengalami mati mesin.
“Lho…kenapa lagi ni mobil?” Carissa kebingungan sambil berusaha menghidupkan mobilnya yang ternyata tidak bisa hidup lagi.
“Ohh…my…god…not here” gerutu Carissa lebih kesal lagi dari pada kena macet tadi.
“Tadi macet…sekarang mobil mogok…sial…!!! Mana sepi banget lagi” Carissa terus menerus ngomel-ngomel sendiri.
Carissa pun akhirnya keluar dari mobil sambil melihat kanan kiri mencari orang yang bisa dimintai tolong, tetapi dia tidak menemukan siapa-siapa. Ia pun masuk kembali ke dalam mobilnya mencari handphone. Sekali lagi situasi hari ini memang tidak sedang berpihak padanya karena tiba-tiba handphone Carissa lowbat.

“Ohh…shitttt….!!!” dengan hati panas ia melemparkan HP itu ke jok sebelah
Carissa dilanda rasa kesal bercampur bingung harus bagaimana. Matahari sudah tidak nampak lagi, karena habis hujan ditambah hari sudah sore. Situasi ini tentu menambah kebingungan Carissa yang sedang takut kemalaman di situ. Ia membayangkan selesai syuting hari ini dirinya dapat santai berendam di bathtub bukannya terperangkap di jalan gara-gara mogok seperti ini. Kemudian dengan terpaksa artis cantik itu pun memberanikan diri berjalan kaki untuk mencari bantuan. Setelah sekian lama berjalan kaki, Carissa belum juga bertemu seseorang yang bisa dimintai pertolongan. Tapi tidak lama kemudian dari kejauhan Carissa melihat ada rumah kecil semacam pos ronda. Dengan perasaan lega Carissa berlari menuju rumah tersebut supaya cepat mendapat bantuan. Di tempat itu sendiri tiga pria sedang asyik bermain domino sambil ditemani rokok, kopi panas, dan alunan lagu dangdut dari radio. Mereka masing-masing adalah Baron, seorang kuli angkut di pelabuhan yang bertubuh kekar dan lengannya bertato; Parjo, seorang hansip kampung berbibir monyong dan bertubuh kurus tinggi; dan Wanto, pengangguran yang kerjanya tidak tetap, penampilannya paling lusuh dibanding kedua temannya, dengan kaos merah dari sebuah partai bekas kampanye dan sarung yang sudah belel, wajahnya mengingatkan pada si Ucup di Bajaj Bajuri.
“Ehh…Jo…Jo…liat tuh ada yang ke sini, wuih cewek cakep loh, wah bidadari turun dari langit ini sih namanya” kata Baron melihat seseorang mendekat ke tempat mereka ketika menunggu Parjo berpikir kartu mana yang akan ia keluarkan.

“Mana Ron??” Parjo yang tadi duduk santai segera menengok ke belakang dan berdiri memfokuskan pandangannya ke arah yang dimaksud temannya itu.
“Mana…mana???” Wanto ikut-ikutan dengan antusias melihat ke arah yang ditunjuk.
Ketiganya langsung terpana melihat gadis yang datang itu. Seampainya di pos tersebut, Carissa langsung menyapa memberi salam kepada mereka bertiga.
“Sore pak…!!” sapanya dengan nafas sedikit terengah-engah.
“Sore juga Non, ada yang bisa saya bantu?” Baron menawarkan bantuan kepada Carissa.
“Ee…gini pak, mobil saya mogok. Apa ada yang bisa memperbaiki mobil, atau mungkin punya HP untuk menghubungi orang, punya saya habis batere” Carissa menjelaskan keadaannya.

Ia merasa agak risih dengan pandangan mereka yang menelanjanginya, namun apa boleh buat, karena nampaknya tidak ada orang lain lagi selain mereka yang bisa dimintai tolong. Saat itu ia memakai kaos lengan pendek dengan rok berbahan jeans yang menggantung sepuluh centi di atas lutut sehingga memperlihatkan bentuk kakinya yang indah itu.

“Sebentar…bentar…Non ini kayanya saya pernah liat ya? Siapa ya? Artis ya?” Parjo bertanya sambil mengingat-ingat dan menatapi Carissa dari atas hingga bawah.

“Iya bener…kalo ga salah, ooohhh….Non yang main di Ayat-ayat Cinta kan!!??” Wanto berhasil mengingatnya dan setengah berteriak seperti menemukan emas di jalan.

“Nnggg…iya…iya bener” jawab Carissa tak bisa lagi menyembunyikan jati dirinya, memang inilah risiko seorang publik figure, kemana-mana selalu ada yang mengenalinya.

“Owalah…Non artis toh, pantes cantik gini…kok bisa sih nyasar sampe sini Non?” tanya Baron sambil senyum-senyum mengagumi kecantikan Carissa.

“Eeeemm itu…saya tadinya mau ambil jalan alternatif Pak, nggak taunya nyasar terus mogok lagi…tolong Pak saya harus cepet pulang, kalau ada hape saya bisa hubungin orang di rumah”

“Oo…ada Non, ada, untung saya bawa nih!” Baron memperlihatkan ponsel berkamera Nokia keluaran lama hasil beli second, “tapi Non…boleh dong kita minta foto bareng dulu pake ini?” pintanya dengan penuh harap.

Setelah berpikir sejenak, Carissa pun akhirnya mengiyakan saja, selain karena butuh bantuan mereka juga agar tidak memberi kesan artis yang sombong dan jual mahal. Baron, sang pemilik ponsel itu, meminta giliran pertama dipotret bersama Carissa, Wanto memotretnya beberapa kali. Carissa berusaha tersenyum walau terpaksa, sebenarnya ia merasa tidak nyaman karena pria bertampang penyamun ini selalu saja mendekatkan tubuhnya dan mendekap pundaknya dengan keras.

“Gantian dong Ron, gua juga mau nih!” Parjo tidak sabar menunggu gilirannya.

Baron pun akhirnya mempersilakan Parjo berpotret dengan Carissa.

“Hehhee…gitu dong, kapan lagi bisa potret bareng artis, yuk Non Carissa!” kata Parjo berdiri di samping Carissa dan berpose

Selanjutnya Wanto sampai gilirannya, dengan gayanya yang kampungan dia mulai berpose bersama Carissa dengan jari diacungkan ala slank atau metal, gayanya mirip orang-orang kampung yang biasa berpose kalau sedang diliput TV.

“Saya nonton loh filmnya Non dulu yang Ayat-ayat Cinta, terus Tarik Jabrix juga…ga nyangka sekarang ketemu orangnya!” katanya senang sambil matanya tak henti-hentinya menatap nanar artis cantik itu.

Carissa pun makin risih dibuatnya apalagi pemuda pengangguran ini makin berani, ia minta dipotret sambil tangannya melingkari pinggangnya yang ramping.

“Iyah…oke, udah ya, sekarang boleh saya pinjam hapenya buat hubungin orang dirumah Pak!” kata Carissa buru-buru melepaskan diri setelah foto terakhir dengan Wanto itu.

“Bentar Non satu lagi ya, satu terakhir nih, sekarang bareng saya sama mas ini tigaan, abis ini saya pinjemin deh!” kata Baron sambil mengajak Parjo potret bareng.

Dengan berat hati, Carissa pun kembali menyetujuinya, ia berharap ini adalah yang terakhir setelah itu ia bisa mendapat pinjaman HP untuk meminta tolong ke rumah. Baron tersenyum dan mengedipkan sebelah mata memberi isyarat pada Parjo yang ditanggapi dengan balas tersenyum licik. Mereka mengajak Carissa duduk di balkon pos ronda itu dan keduanya duduk mengapitnya.

“Ayo rapat dikit Non, biar hasilnya bagus fotonya” kata Baron, “siap To, yang bagus ya ngambilnya!” sahutnya pada Wanto.

Carissa tetap berusaha mengumbar senyumnya walau terlihat tegang, bagaimana tidak tegang dengan diapit erat kedua pria seperti mereka.

“Hei…jangan kurang ajar gitu dong Pak!” pekik Carissa ketika Baron meletakkan tangannya di atas pahanya yang terbuka, kontan ia menepis tangan Baron, tapi pria itu malah tertawa.

“Hehehe…jangan marah dong Non, kan biar keliatan mesra gitu loh, saya malah pengennya gini nih!” sahut Parjo menangkap dan meremas payudara kanan Carissa.

Artis berdarah Indo-Jerman itu pun langsung berdiri dan menyentak kakinya.

“Heh…kalian pikir saya ini cewek apaan, pegang-pegang sembarangan!” hardiknya berusaha menggertak mereka.

“Hueheheh…ayo dong Non Carissa, masa ke penggemar gitu, kita kan cuma pengen lebih deket aja!” Wanto yang memegang ponsel maju mendekap tubuh Carissa yang sedang memarahi kedua temannya dari belakang.

“Aahhh…lepasin…jangan!” Carissa meronta dan menyikut dada Wanto.

Pemuda itu terhuyung ke belakang memegangi dadanya. Carissa baru menyesali keputusannya turun dari mobil dan datang ke tempat ini yang sama dengan mengumpankan diri ke sarang serigala. Ia bergegas membalik badan bermaksud lari kembali ke mobilnya, namun kalah cepat dengan Baron yang terlebih dahulu menghalangi jalannya.

“Eit…mau ke mana Non? Kok dateng-dateng udah mau pergi marah-marah gitu, gak sopan ah!” goda Baron sambil tertawa cengengesan.

“Minggir kamu!” Carissa berlari ke arah samping pria itu berusaha menerobos penghalangnya, namun itu sebuah kesalahan karena pria itu dengan sigap menjulurkan kakinya sehingga membuat gadis itu jatuh tersandung.

“Aaakkh!” Carissa merintih kesakitan karena terjatuh, lututnya terasa sakit dan kulitnya lecet karena membentur tanah berbatu.

Melihat gadis itu tersungkur, Parjo dan Wanto ikut bergerak dan mengepungnya. Ketiga pasang mata mereka memandang nanar pada Carissa yang menggeser-geser tubuhnya mundur menjauhi mereka. Ia tidak sempat berpikir lagi dengan posisinya seperti itu sepasang paha mulus dan celana dalamnya terlihat oleh mereka yang tentunya semakin membakar nafsu.

“Jangan…lepasin saya…tolong…tolongg!!” Carissa menjerit histeris sambil terus beringsut mundur, rasa paniknya membuat tubuhnya gemetar sampai tidak sanggup berdiri dengan cepat.

“Hehehe…teriak aja Non, deket sini gak ada siapa-siapa lagi kok, ayo teriak!” ejek Baron.

“Nih saya bantu yah…tolong…tolong nih ada yang mau diperkosa hahaha!” Parjo ikut menimpali sambil ikut teriak.

Dengan sigap ketiga pria itu segera meringkus tubuh Carissa. Ia menjerit dan meronta dengan panik saat tubuhnya dibopong ke dalam pos ronda. Wanto yang mendekap Carissa dari belakang meremas-remas payudara gadis itu dari luar kaosnya.

“Toketnya empuk nih, gak sabar pengen ngentotin!” komentarnya.

“Tolong!! Too…emmmm….hhmmmm” Carissa tidak dapat meneruskan lagi kata-katanya karena Wanto buru-buru membekap mulutnya dengan tangan khawatir lama-lama ada orang yang mendengar jeritan gadis itu.
“Cepat masukin ke dalam sebelum ada yang liat” Baron menyuruh Wanto dan Parjo supaya memasukan membawa Carissa ke dalam pos.
“Lepppaas…..lepasskaaannn…..ap a-apaan ini!!” Carissa meneruskan jeritannya di dalam pos jaga sambil terus meronta berusaha melepaskan diri.

Tapi apakah artinya tenaga Carissa dibandingkan dengan mereka yang bertubuh besar tegap dan sangar. Kemudian Parjo memegangi tangan Carissa dengan sangat keras sehingga membuatnya kesakitan. Carissa dibaringkan di ranjang tua tanpa kasur di sudut tempat itu. Sebentar saja kedua tangan dan kakinya telah diikat pada masing-masing sudut ranjang tersebut, sehingga membentuk huruf X. Jangankan melepaskan diri, untuk bergerak saja terasa susah karena mereka mengikatnya dengan kencang. Carissa hanya bisa menangis dan merenungi apa yang akan terjadi pada dirinya. Sebuah kenyataan buruk akan menimpa dirinya, ternyata hari ini akan menjadi hari terburuk bagi dirinya.
“Haah…..hahh…..haa…..ha…..” suara tawa ketiga pria tak bermoral yang akan memperkosa dirinya itu.
“Nggak nyangka hari ini kita bisa ngewein artis cantik!!” Baron bicara kepada teman-temannya dan ditanggapi dengan suara tawa mereka.
Carissa menangis sejadi-jadinya sambil mengiba minta dilepaskan.
“Ampun….lepasin saya…ampunn….”
“Berissiiiiiiikk lo!!” bentak Parjo.
“Tenang manis…!!! Sebentar lagi kita akan menerbangkan kamu ke langit ke tujuh” Baron menenangkan Carissa sambil mengelus-elus pipi Carissa. Carissa bukannya tenang malah semakin takut dibuatnya.

“Tapi….kalau kamu macam-macam dan tidak mau menuruti kita. Kita tidak segan-segan akaan…..” Baron tidak meneruskan kata-katanya, ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya lalu mengeluarkan mata pisaunya dan menggesek-gesekan besi yang dingin itu ke wajah cantik Carissa.
“Mau tidaakkk……??!!!” Baron membentak Carissa hingga kaget.

Carissa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian dengan cepat Baron menurunkan pisaunya ke dada Carissa dan memasukan mata pisaunya di antara dada Carissa, kemudian menariknya kebawah dengan cepat.
“Aaaaa!!!” Carissa menjerit karena kaget dan takut tubuhnya tergores.
Begitu membuka mata, Carissa melihat kaos dan bh-nya elah terkoyak oleh pisau tadi, sehingga payudaranya yang berukuran sedang tapi padat berisi terpampang dengan jelas. Semua mata yang melihatnya terpana sambil bersorak kemenangan. Baron yang sudah terangsang melihat payudara Carissa, langsung meremas-remas payudara kanannya dengan sangat keras, sehingga membuat Carissa kesakitan tapi hanya mampu merintih dan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang masih terikat.
“Aaa….dduuuhhh…..” Carissa mengeluh kesakitan. Namun Baron bukannya malah seperti kesetanan meremas payudara Carissa.

Parjo dan Wanto yang dari tadi cuma melihat kini turut maju dan mulai menggerayangi tubuh Carissa. Si hansip memonyongkan bibirnya yang sudah monyong itu hingga makin maju melumat payudara kiri Carissa. Sedangkan Wanto mengelusi tubuhnya terutama bagian paha, tangan Wanto makin masuk ke dalam rok mini Carissa dan menyentuh selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Jari-jari nakalnya menusuk-nusuk bagian tengah vaginanya lalu menyusup masuk lewat pinggiran celana dalamnya.
“Eeenngghh…mmmmmhhhhh!!!” Carissa tanpa sadar mendesis pelan karena merasakan perasaan aneh yang mulai menguasai dirinya.

Carissa bertanya dalam hati tidak mengerti apa yang ia rasakan, jelas-jelas ia sedang diperkosa tapi tanpa dapat disangkalnya ada perasaan nikmat akibat rangsangan-rangasangan mereka.

Parjo terus menerus melumat dan menjilati puting Carissa. Lidah dan bibirnya terus menerus memainkan putingnya yang berwarna kecoklatan. Membuat Carissa mau tidak mau, terima tidak terima hanyut kedalam gairah birahi. Tubuh Carissa semakin menggeliat menikmati perlakuan para pria bejat yang memperkosanya. Kemudian Baron melepaskan ikatan pada kaki Carissa dan menaikkan rok jeans serta menarik lepas celana dalam pink yang dipakai gadis itu. Kini Carissa tinggal memakai kaos dan bra-nya yang sudah dirobek pisau tadi dan roknya yang telah tersingkap hingga pinggang, lekuk-lekuk tubuhnya yang putih dan mulus tanpa cacat sedikit pun sungguh menggiurkan dan mengundang selera. Tangan Baron yang kasar mengelus-elus vagina Carissa membuat artis cantik itu semakin menggeliat tak kuasa menahan gelombang kenikmatan yang semakin menggila dalam dirinya. Semakin lama vagina Carissa semakin becek, cairan kewanitaannya pun membanjir keluar.
“ohhh……aahhh……” Carissa mulai mendesah tertahan menikmati perlakuan ketiga pemerkosanya hingga kemudian tubuhnya mengejang dilanda orgasme, otot-ototnya berkontraksi dan kakinya menendang-nendang tak terkendali.
“aahhhh….ehmmmmm” Carissa mengerang dengan keras sambil mengeluarkan cairan kental bening dari vaginanya lalu tubuhnya lemas tak berdaya.
Kemudian Baron melumat bibir mungil Carissa dengan sangat nafsu, hingga membuatnya sulit bernafas. Carissa berusaha memalingkan mukanya untuk menghindari ciuman bibir si kuli pelabuhan itu hingga akhirnya ia tidak bisa menggerakan kepalanya karena Baron memegangi dagunya. Lalu Baron berusaha memasukan lidahnya ke dalam mulut Carissa. Lidahnya menari-nari di dalam mulut Carissa. Lama-lama Carissa tak kuasa menahan gairah dalam dirinya, sehingga membalas permainan lidah Baron. Sekarang lidah mereka saling mengait dan meraka saling menghisap lidah masing-masing. Parjo yang tadi bermain di payudara Carissa kini pindah ke selangkangannya. Parjo menempatkan kepalanya di selangkangan Carissa dan mulai menjilati vaginanya yang berbulu tipis dan tercukur rapi. Lidahnya menyapu-nyapu bibir vaginanya dan keluar masuk pada lubang vagina Carissa, ibu jarinya juga aktif memainkan klitorisnya.

Mendapat perlakuan seperti ini membuat Carissa semakin hilang kesadarannya. Sementara itu, Baron bangun dan melepaskan kaos dan celananya sendiri. Penisnya yang sudah tegang langsung keluar ngangguk-ngangguk. Carissa kaget melihat penis Baron yang begitu besar berurat.
“Eehh…buka mulutnya Non!!!”
“Ngggakk….tolong jangan, saya mohon!” Carissa menghiba dengan bercucuran air mata.
Tanpa berkata apa-apa Baron melayangkan tangannya menampar Carissa.
“Aauwww!!” jerit Carissa kesakitan.
“Jangan sok jual mahal lo, emangnya kalau artis napa hah? Bukannya lu juga pernah dipake sama produser, sutradara, para bos dan pejabat, ngaku aja!” bentaknya

“Nggak…saya bukan cewek kaya gitu…tolong ampuni saya!” tangisan Carissa semakin menjadi.

“Sekarang gini aja, lu mau sepong ****** gua atau mau rekaman lu gua sebarin supaya karir lu hancur hah?” ancam Baron.

Carissa melihat ke samping ternyata Wanto sedang mengarahkan HP Baron ke arahnya sambil tangan satunya memijati payudaranya.

“Jangan…jangan disyuting!” jerit Carissa pada Wanto, tapi Baron segera menjenggut rambut panjangnya sehingga gadis itu merintih kesakitan lagi.

“Heh sekarang urusannya lu sama ****** gua, mau ga, atau mau rekamannya bocor?” ancamnya lagi.
Kemudian Baron mendekatkan kepala penisnya ke bibir Carissa. Dengan perasaan jijik akhirnya Carissa menggenggam benda itu dan mulai menjulurkan lidah menjilati penis Baron. Benda itu terasa asin dan beraroma tidak sedap, namun Carissa mau tidak mau harus membiasakan diri di bawah intimidasi pria itu. Tak lama kemudian, Carissa merasakan ada sesuatu yang akan meledak sebentar lagi, yaitu orgasme karena permainan Parjo pada vaginanya yang begitu liar. Selangkangannya sudah sangat basah sehingga menimbulkan bunyi menyeruput tiap kali hansip itu menyedotnya.
“Emmmmm…..” desahan Carissa tertahan penis Baron di dalam mulutnya.

Kemudian disusul badannya mengejang-ngejang dan pahanya menjepit kepala Parjo di selangkangannya. Cairan yang keluar dari vagina Carissa langsung di hisap dan diminum dengan rakus oleh si hansip. Parjo yang sudah tidak tahan lagi lalu melepas semua pakaian yang ia kenakan hingga telanjang.

“Sssluupp…sssllrrpp…uenak…peju nya artis gurih!” ceracau Parjo sambil terus melahap vagina Carissa.

Di sisi lain, Baron juga sudah kelonjotan menikmati mulut Carissa. Hingga pada akhirnya
“ohhh……..enakkk…….banget….” Baron mendesah menikmati mulut Carissa.

Penis Baron langsung berkedut-kedut dan memuntahkan pejunya. Dan dengan terpaksa Carissa mau tidak mau harus menelan pejunya sampai habis hingga membuatnya sempat tersedak. Kemudian Baron menarik penisnya keluar dari mulut Carissa dan langsung beristirahat duduk di lantai. Parjo yang sudah telanjang duduk berlutut di antara kaki Carissa dan sambil memegang batang penisnya yang sudah tegang diarahkan ke vaginanya . Tubuh Carissa yang sudah lemas akibat orgasme tadi ditambah kedua tangannya yang masih terikat tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kemudian Parjo menggesek-gesekan kepala penisnya pada bibir memek Carissa, sehingga membuat Carissa menggelinjang kegelian. Lalu Parjo berusaha menekan penisnya masuk ke dalam vagina Carissa. Kepala penisnya akhirnya terbenam ke dalam vagina gadis blasteran itu. Penisnya senti demi senti mulai menerobos masuk membuat Carissa menringis kesakitan karena penis Parjo yang begitu besar. Tanpa merasa iba, Parjo lalu mendorong penis dengan sekali hentakan yang sangat keras.
“auww….sakk……..kitttt……..” Carissa meringis kesakitan sambil melelehkan air matanya.
Wanto semakin brutal meremas-remas payudara Carissa. Semua bagian tubuh Carissa tidak ada yang luput dari tangan-tangan mereka. Setiap bagian tubuh sensitif Carissa mendapat rangsangan demi rangsangan. Parjo semakin lama semakin cepat menggenjot penisnya pada memek Carissa. Sehingga mengantar Carissa menuju orgasmenya yang ketiga. Dan tidak lama setelah itu, Carissa menyusul mencapai orgasme dengan jeritan lirih.

“Ahhh……..ouuhhh……..akkhhh!!” tubuh Carissa melenting diiringi dengan desahan yang begitu hebat.

Otot-otot vaginanya meremas-remas penis Parjo hingga membuat pria kurus itu mendesah keenakan.
“Gilaa….enakkk….banget memeknya. Ahhh…sempit banget…memek artis emang emoy!”
Parjo sudah tidak tahan lagi dan menyempotkan pejunya di dalam vagina Carissa. Tanpa menung lama lagi, Wanto yang penisnya sedang dioral langsung menarik lepas penisnya dari mulut Carissa dan menggantikan posisi Parjo. Carissa sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tubuhnya begitu lemas tak berdaya. Dia hanya bisa pasrah dengan keadaan dirinya. Wanto yang lebih mengerti kondisi Carissa meminta ijin pada Baron untuk melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan gadis itu.

“Kasian Bang, ntar dia ga enjoy ngentotnya kalau diiket terus gini!” katanya pada Baron yang dibalas dengan anggukan kepala.

Wanto pun melepaskan ikatan tangan Carissa. Walaupun telah bebas dari ikatan, Carissa tidak yakin ia bisa melawan karena tubuhnya sudah pegal-pegal setelah digilir mereka. Ia hanya bisa pasrah ketika pemuda kampung itu melucuti seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya hingga telanjang bulat. Pemuda itu juga membuka kaos partai yang masih tersisa di tubuhnya hingga bugil lalu membalikkan tubuh Carissa hingga menelungkup dan mengangkat pantatnya hingga nungging. Dipeluknya tubuh Carissa dari belakang sambil mengarahkan penis ke vaginanya.

“Tenang Non…saya gak bakal kasar kok, saya penggemar Non mana tega main kasar” kata Wanto dekat telinga gadis itu

Carissa sedikit lega mendengar kata-kata Wanto setelah sebelumnya kedua orang tadi bermain dengan gaya kasar. Wanto mencium pundak Carissa dan perlahan-lahan melesakkan penisnya memasuki vagina artis itu. Karena vagina Carissa sudah sangat basah dan licin, penis itu cukup lancar memasukinya. Hanya dengan sekali hentakan, langsung tertelan semua.

Sementara tangan Wanto asyik meremas payudara Carissa, pinggulnya bergerak maju-mundur menggenjoti vaginanya. Walau agak terburu-buru, Wanto lebih halus menyetubuhinya sehingga Carissa pun lebih rileks menikmati arus permainan.

“ohhhhh……iyahh…eeengg….ahhh!!” seperempat jam kemudian Carissa mendesah menyambut ledakan orgasme pada dirinya.

Tubuhnya menyentak-nyentak bagai kesetrum listrik. Cairan vaginanya keluar membasahi penis Wanto yang sedang mengocok vaginanya.
“sssstt……..ahh….saya juga mau keluar Non!” Wanto mendesis merasakan remasan otot-otot vagina Carissa yang makin ketat ketika orgasme.

Pemuda kampung itu makin cepat memompa vagina Carissa hingga membuatnya orgasme untuk yang kesekian kali dan membuat Carissa multi orgasme. Carissa tak henti-hentinya meracau tak terkontrol. Tak lama kemudian Mamat mengejang dan menancapkan penisnya lebih dalam lagi dan menyemprotkan spermanya di dalam rahim Carissa. Carissa sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi, tubuhnya yang lemas ditambah kenikmatan orgasme membuatnya tak berdaya. Carissa hanya bisa menangis meratapi nasib buruk yang menimpanya. Baron yang sudah pulih tenaganya berdiri dan mengambil tempat untuk menggantikan posisi Wanto. Ia langsung memasukan penisnya yang telah mengeras kembali setelah orgasme ke dalam vagina Carissa.

“aghh……..ahhh….” Carissa mendesah tertahan merasakan penis Baron yang besar berurat mendesak memasuki vaginanya.

Pergesekan penis Baron dengan memeknya membuat Carissa mengerang. Penis Baron yang besar kembali memenuhi semua ruang dalam vaginanya membuat jiwa Carissa terbang entah kemana. Baron semakin cepat menggenjot Carissa, serta ditambah dengan tangan-tangan Parjo dan Wanto yang meremas dan memilin puting payudaranya. Carissa pun tidak dapat lagi gejolak orgasme untuk yang kembali menerpanya. Tubuhnya berkelonjotan menerima orgasme.

“ahhhh….auuhh….ohhh……..awww……. .” erangan Carissa semakin menjadi-jadi. Tulang-tulang sendinya terasa mau lepas tak kuasa menahan orgasme. Cairan putih kental pun akhirnya keluar membasahi penis Baron. Kemudian Parjo menjenggut rambut panjang Carisa dan menjejali mulut gadis itu dengan penisnya. Baron terus menerus menggenjot Carissa tanpa henti. Membuat Carissa semakin kewalahan menerima serangan kenikmatan. Penis Baron makin berkedut-kedut di dalam vaginanya. Baron kemudian dengan cepat menarik penisnya keluar dan menyemprotkan spermanya di perut Carissa, sebagian sampai mengenai dada karena begitu kuatnya semprotan sperma Baron. Parjo segera mengambil alih posisi Baron, ia duduk dengan menyandarkan punggung ke tembok lalu dinaikkannya tubuh Carissa ke pangkuannya dengan posisi memunggungi.

“Masukin ****** saya Non!” perintahnya.

Carissa menuruti perintah si hansip tanpa harus disuruh lagi, tangannya meraih penis itu, dan satu tangannya menguak bibir vaginanya sendiri. Perlahan-lahan ia menurunkan tubuhnya hingga penis itu makin terbenam di dalam vaginanya.

“Aaaahhh…uuuhh!!” erangannya mengiringi proses penetrasi itu.

Tak lama kemudian, Carissa pun sudah bergoyang naik turun di pangkuan pria kurus itu. Parjo menyusupkan kepalanya di antara lengan Carissa dan menjilati ketiaknya yang licin tak berbulu. Jilatan itu memberikan sensasi geli bagi gadis itu sehingga birahinya makin terpacu.

“Hhmmm..ssllrppp…wangi, pantes main iklan Rexona, keteknya aja mantep gini!” ceracau Parjo

Wanto kembali maju walaupun penisnya belum bangkit lagi, ia mengenyoti payudara Carissa seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Rupanya sepasang gunung yang bergoncang-goncang itu membuat Wanto sangat tergiur dan tidak rela menyia-nyiakannya. Baron juga naik ke dipan berdiri di samping mereka, diraihnya tangan Carissa dan digenggamkan pada penisnya yang setengah bangkit. Malam itu mereka mengeroyok Carissa sampai puas dan sperma terkuras. Setelah itu mereka membiarkan Carissa berbaring beristirahat sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena telah orgasme berkali-kali. Tubuhnya telah berlumuran peluh dan sperma, matanya sembab karena menangis lama.

“Wuih puas dah, Jo gua balik dulu ke kampung, sapa tau masih kebagian nonton konser idola gua, sip deh abis ******* nonton konser dangdut!” sahut Baron mulai berpakaian.

“Gua disini dulu deh, masih belum puas nih hehehe” kata Parjo.

Baron pun meninggalkan kedua temannya di pos ronda bersama Carissa. Tak lama kemudian mereka berdua kembali menyetubuhi Carissa hingga akhirnya gadis itu tak sadarkan diri karena staminanya sudah benar-benar habis.
Ketika sadar Carissa sudah berada di sebuah kamar yang cukup luas. Matanya menerawang berusaha mengingat apa yang telah menimpa dirinya. Carissa merasakan badannya sakit semua, terutama pada selangkangannya. Tubuhnya yang masih telanjang hanya tertutup selimut biru hingga dada ke atas

“Sudah bangun?” sebuah suara berat membuatnya menengok ke samping, dilihatnya sesosok pria setengah baya bangkit dari kursi, rupanya ia sejak tadi sedang menungguinya di situ.

Pria itu mendekatinya seraya mengambil segelas air dari meja di samping ranjang. Carissa sepertinya tidak asing lagi dengan pria itu, di tengah rasa lelah dan shocknya ia mencoba mengingatnya, bercambang, rambutnya keriting dan terlihat dadanya yang berbulu di balik kemejanya yang terbuka dua kancing atasnya.

“Aahh…Bang Ha…!” sahutnya dengan lemah.

“Hussshh…huuss…jangan bicara, minum dulu ini!” pria itu menaikkan punggung Carissa hingga sedikit terangkat dan menyodorkan gelas itu ke bibirnya

Carissa meneguk air dalam gelas sambil memegangi selimut yang menutup tubuhnya agar tidak melorot. Terasa agak segar setelah air itu diteguknya habis.

“Mereka itu orang kampung penggemar saya, tapi kalau sudah gini benar-benar ter….la…lu” pria itu melanjutkan dengan gaya bicaranya yang khas diberat-beratkan itu, “ter…la…lu…masa saya nggak dikasih giliran pertama?”

Kalimat terakhir itu membuat Carissa kembali merasa seperti disambar petir, apalagi tak sampai dua menit terasa ada sebuah gelombang panas menerpa tubuhnya, vaginanya terasa basah berdenyut-denyut dan putingnya mengeras, darahnya berdesir cepat, birahi itu datang tanpa dapat dibendungnya. Rupanya minuman tadi bukan sekedar air putih biasa tapi juga telah dicampur obat perangsang oleh pria ini.

“Ayo Dik Carissa, udah kerasa kan pengaruh obatnya, sekarang main sama abang…kita bakal ******* sampe begadang hak…hak..hak!” sahut pria itu sambil tersenyum mesum menjijikan, senyum yang tidak akan muncul di depan publik karena citranya sebagai seorang yang religius dan kharismatik itu.

Selimut yang menutup tubuh Carissa ditariknya sehingga tubuh telanjang artis cantik itu kembali terekspos. Kemudian dengan cepat pria itu membuka resleting celananya dan mengeluarkan penisnya yang telah mengacung tegak dan pangkalnya dipenuhi bulu-bulu yang bersambung dari dadanya.

“Oohh…tidak…jangan Bang!” Carissa mengiba pada pria itu yang dengan bernafsu mendekap tubuh telanjangnya.

“Huehehe…yang seger gini baru bikin ketagihan kaya Mira Santika hak…hak…hak!!” pria itu tertawa penuh kemenangan ala seorang penulis senior di KBB lalu melumat payudara Carissa.

Erangan Carissa memenuhi kamar itu, penderitaannya belumlah berakhir, setelah diperkosa orang-orang kampung itu tadi, ia kini masih harus melayani nafsu si gorila bejat ini.

Ku Perkosa Pasienku


Cerita Seks Maria kuperkosa Pasienku yang cantik, Sebut saja namaku dimas, seorang pemuda yang lahir 28 tahun yang lalu di sebuah desa di lereng gunung lawu jawa tengah, tawang mangu tepatnya aku dilahirkan dari sebuah keluarga petani sayur yang bisa dibilang terpandang di kampungku. Hal tersebut terjadi karena orangtuaku adalah pemilik mayoritas tanah di lereng gunung yang dingin itu.
Selepas menamatkan pendidikanku di mts (setara smu) di sekitar tempat tinggalku, kulanjutkan pendidikanku ke ungaran di sebuah sekolah kesehatan ternama di kota itu, sesuai cita citaku untuk mengabdikan hidupku untuk membantu sesama, terutama kaum menengah kebawah seperti penduduk di kampong tempat tinggalku.
Empat tahun sudah aku menjalani pendidikan di sekolah tersebut yang kulalui dengan sungguh sungguh, berharap dapat lulus dengan nilai yang memuaskan, sehingga dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan sesuai yang aku harapkan.
Sudah tiga tahun aku lulus dari sekolah kesehatan, dan selama itu pula aku bekerja di sebuah rumah sakit di semarang. Karena pada saat aku lulus dengan peringkat ke tujuh dari 500 siswa, rumahsakit tempat aku magang dahulu langsung merekomendasikan aku ntuk menjadi karyawannya, walaupun masih phl (petugas harian lepas) tapi aku sangat bersyukur waktu itu.
Dua tahun kemudian aku diangkat sebagai pegawai negeri dan di tempatkan di sebuah rumah sakit jiwa yang masih berada di wilayah semarang. Seketika pada saat aku menerima skep pengangkatanku di rumah sakit jiwa aku menyesal. Apa yang harus ku perbuat dengan orang orang yang menderita gangguan jiwa disana, bisa bisa aku malah ikutan jadi gila. Singkat kata kujalani saja pekerjaanku dengan penuh rasa tanggung jawab dan dedikasi hingga saat ini menginjak tahun ke dua.
Siang itu giliranku piket jaga untuk 24 jam kedepan, sekira jam sepuluh pagi telepon di ruang piket berdering, setelah kuangkat ada permintaan penjemputan seorang pasien yang diduga menderita gangguan jiwa. Dari permintaan seseorang diseberang alat telepon yang mengaku anggota kepolisian meminta pihak rumah sakit menyediakan peralatan untuk menenangkan dan membawa pasien ke rumah sakit. Beberapa saat setelah melakukan procedural pelaksanaan tugas kami bergegas menuju lokasi di sebuah kota di daerah magelang.
Dari informasi sementara dari yang kami terima, calon pasien kami adalah seorang remaja putri berusia dua puluh dua tahun yang menderita gangguan jiwa dengan dugaan sementara karena telah direnggut kegadisannya oleh kekasihnya yang kini sirna entah kemana.
Sampai dilokasi kami langsung disambut oleh isak tangis keluarga yang memohon kesembuhan bagi putrinya. Dari keterangan petugas kepolisian dan dari orang tua pasien maria telah menjalin hubungan dengan andi yang kini pergi setelah berhasil menggagahi putrinya, walau kemungkinan kehamilan itu belum jelas namun trauma yang diderita maria seorang gadis dengan kulit putih dan badan yang montok itu sedemikian berat, sehingga dalam sakitnya dia mengancam semua orang yang mendekatinya karena khawatir akan memutuskan hubungannya dengan andi pacarnya.
“Tolong sembuhkan anak kami pak” sepatah kata yang terlontar dari mulut seorang ibu disela isak tangisnya.
Setelah melakukan pengamatan, saya dan satu rekan saya bambang memutuskan untuk memberikan suntikan penenang kepada maria demi kemudahan perjalanan kami, dan setelah mendapatkan persetujuan dari keluarga persiapan tindakan kami lakukan. Aku mengeluarkan satu ampule deazepamp dan spetnya sedangkan bambang dengan senyum ramah berusaha mendekati maria yang dari tadi terus memluk bantal sambil memanggil nama andi.
Dengan cepat bambang menindih tubuh maria dan menarik tangan kanannya ke sisi untuk memberikan ruang bagiku untuk menyuntikkan obat penenang ke nadi maria. Lima belas detik kemudian usaha maria untuk meronta melepaskan pegangan bambang pun melemah dan ……………. Dia tertidur dalam pengaruh obat penenang. Berdua kami menggendong tubuh maria yang kini lemas ke dalam mobil khusus expedisi pasien. Kami baringkan maria di bagian belakan kendaraan dan kami kunci pintu nya dari luar.
“ada yang mau ikut mengantar?” tanyaku kepada keluarga ketika akan meninggalkan rumah maria.
“iya pak, tapi kami pakai mobil sendiri karena nanti sore kami harus kembali kesini” jawab ayah maria.

Rombongan mobil berjalan beriringan dengan mobil kami berada di posisi paling depan. Dalam perjalanan sesekali aku harus mengontrol kondisi maria karena khawatir kalau pengaruh obat penenang itu pudar walaupun sebenarnya sudah kupersiapkan untuk lima jam perjalanan. Ketika kulakukan pengecekan, terlintas dalam benakku ternyata maria adalah gadis yang cantik. Dengan rambut lurus sebahu, tinggi badan tak kurang dari 160 cm ditambah badan yang montok. Benar benar gadis yang cantik, bisikku.
“mbang, pasien kita cantik lho mbang” kataku kepada bambang yang sibuk mengendalikan kemudi.
“iya, tapi sayang gila” jawabnya tanpa ekspresi sedikitpun.

Hm………… sejenak kunikmati ayu wajah maria, ingin rasanya kuremas buah dada montok yang menyembul dari kaos putih yang dikenakan maria. “lho kan ni mobil kan nggak ada jendela” so nggak mungkin orang diluar melihat yang aku lakukan. Sedangkan bambang, silahkan aja mainin kemudi.
Iseng kuraba buah dada maria yang terlihat menantang dibalik tulisan spice girl di kaos ketatnya. Maria diam saja ketika jari ku mulai menjelajah ke vagina mungil yang dibalut celana jeans hitam, hanya kepala dan badannya yang bergoyang – goyang karena gerakan kendaraan. Benar benar useless ni cewek, membuatku semakin tak bisa menahan diri. Kurubah posisi tangan maria ke atas kepala dan mengikatkannya kepada besi pengait yang ada di atas dragbar, kutarik keatas kaos putihnya sehingga nampaklah sepasang buah dada nan indah menyembul dari balik kaos itu. Kukulum dan kuhisap putingnya, kumainkan dengan penuh nafsu dan maria tetap terlelap dalam pengaruh obat penenang.
Kulepaskan perlahan kancing dan dengan hati hati kuturunkan celana nya, ampun…. Terpampang dihadapan ku sebuah pemandangan yang selama ini hanya ada dalam benakku, kemaluannya sungguh indah dengan bulu halus menghiasi atasnya. Kujilati dan kuhisap klitoritsnya sambil kedua tanganku memainkan putting merah maria yang kini mulai agak mengeras. Sedikit lenguhan keluar dari mulut mungil maria ketika kujulurkan lidahku memasuki liang kemaluannya.
Sejenak aku takut dengan tindakanku, tapi toh maria kan udah nggak perawan minimal itu keterangan dari orang tua dan pihak kepolisian. Jadi “it’s ok babe” kuturuti nafsuku yang kini sudah ada di ubun ubun, kubuka rest luiting celana seragamku dan kukeluarkan batang kemaluanku yang kini sudah mengeras. Kuangkat sedikit tubuh maria sehingga kepalanya mendongak keatas, kubuka mulutnya dan sangat kunikmati hangatnya mulut maria ketika batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Dengan mata yang masih terpejam maria seakan menikmati juga kerasnya kemaluanku di dalam mulutnya.
Puas melakukan oral di mulut maria, kini tujuan utamaku adalah kemaluannya yang indah. Kuambil posisi sejajar dengan maria dan dengan perlahan kudorong masuk kepala penis ke dalam vagina maria. Agak susah, mungkin karena baru beberapa kali aja di menerima tamu penis laki laki. Uh…… maria melenguh dengan sedikit mengangkat kepala, namun kembali dia terlelap dalam buai deazepamp. Kutarik sedikit penisku dan kembali kudorong dengan tekanan yang lebih kuat, kuulang beberapa kali dan akhirnya lancer juga walau agak sesak.
Dengan penuh nafsu yang meracuniku telah kucumbu kujilat dan kusetubuhi pasien ku dalam keadaan tak sadarkan diri. Dan aku tak menyesal, hinggak akhirnya aku mencapai klimaks dan kubuang seluruh spermaku diatas tubuh maria yang masih tergolek tak berdaya.
Setelah merapikan pakaianku sendiri, kukenakan kembali pakaian yang dikenakan maria mulai dari celana calam, jeans dan terakhir kaos putihnya setelah sebelumnya kubersihkan tubuhnya dengan cairan alcohol (biar bau sperma hilang). Ketika aku kembali duduk di bangku depan kendaraan kami sudah sampai semarang.
Hh……………. Hampir sampai, bisikku.
“gimana ? cantik” Tanya bambang mengagetkanku.
“yup” jawabku singkat.

Tapi aku sudah punya rencana untuk pasienku yang satu ini. Tunggu saja kelanjutannya dalam ceritaku selanjutnya.

Pemerkosaan Idolaku


Cerita Sex Dewasa berikut merupakan sebuah kisah sex 17 tahun yang dikirimkan oleh seorang fans berat situs cerita sex dan cerita dewasa indonesia ini yang minta nama dan identitasnya disamarkan! Berikut cerita sex yang dikirimkan oleh beliau! gw merupakan sebuah staff sebuah hotel berbintang 4 di Bali, Sudah sepuluh tahun belakangan ini gw merantau di pulau Dewata ini, hanya dengan bermodalkan ijasah SMK ( sekolah menengah kejuruan) gw memberanikan diri mengadu nasib disini, bekerja di hotel tidaklah mengecewakan. Walaupun hanya sebagai office boy, menyaksikan tingkah laku berbagai macam tamu domestic dan international sudah menjadi hal biasa. But ciehh kata2 gw sudah mulai berenglish ria!hehehe tetapi malam itu agak berbeda dari malam malam sebelumnya! Ada tamu sangat special di hotel, Feny (nama palsu) merupakan artis idola gw sejak beberapa tahun belakangan ini. Feny sangat seksi tingginya sekitar 178 meter dengan bobot yang ideal, membuat Feny begitu seksi di layar kaca. gw kira malam itu gw mimpi melihat dengan mata kepala gw sendiri wanita idola gw ini!


Feny menginap dengan 2 sahabatnyanya di dua kamar kelas deluxe di lantai 4 hotel tempat saya bekerja. Namanya, Wulan (nama samaran juga) dan Dany. Wulan orangnya kecil mungil. Namun memiliki ukuran buah dada yang indah, tidak besar, tidak juga terlalu kecil. Sepertinya, Wulan yang berusia paling kecil di antara mereka semua. Mungkin baru menginjak 16 tahun. Dan satu lagi, teman mereka dari Bali bernama Wayan, dia yang sering mengantar mereka bertiga. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Feny, Wulan dan Dany pulang diantar oleh Wayan dengan mobil hardtopnya. Sambil ketawa ketiwi, mereka bertiga turun dari mobil untuk memasuki lobby hotel. Dari suara tercium aroma minuman keras yang cukup menyengat. Nampaknya Feny dan Dany mabuk berat. Sebagai satu-satunya office boy yang ada di lobby, gw pun bergegas menghampiri tamu-tamu istimewa hotel itu.

'Serius kamu bisa handle.'Teriak Wayan dari atas mobil hartopnyanya.
'Tenang aja. Nia gini-gini bisa urus Mbak Feny dan Mas Dany kok. Wayan pulang aja, katanya orang rumah ada yang sakit. Aman. Tolong bantu saya papah teman-teman ke atas ya, Mas.' Kata Wulan sambil memerintahku untuk memapah Dany.

Dengan sigap gw memapah Dany di tangan kananku. Tangan kiriku membantu Wulan yang sempoyongan menahan berat Feny yang tidak sanggup dipikul oleh tubuh mungilnya. Tangan kiriku benar-benar membuat iri semua bagian tubuh yang lain. Kulit Feny benar-benar halus. Mungkin karena sering perawatan, pikirku. Dalam kondisi memapah sering kali tanganku bersentuhan dengan susunya yang besar itu. Tentu saja, setiap sentuhan ini membuat adik jadi siaga satu. 'Ini kesempatan langka, gw harus mendapatkan tubuh idamanku ini..'Batinku. Kami memasukkan Dany lebih dulu. Karena kamarnya paling dekat dengan pintu lift. Setelah itu, gw dikelilingi dua wanita cantik ini berjalan menuju kamar 418 yang ada di ujung lorong. Dalam kelebatan cahaya lampu lorong, Wulan yang berjalan di depan kami berdua. Tubuhnya yang mungil menawarkan sex appeal tersendiri. Sensual dalam mungilnya. Hmmm...Cantik juga ABG ini, kata gw dalam hati sambil tangan kiriku mulai nakal meremas-remas susu Feny. kontol gw semakin tegang karenanya. Feny & Wulan, gw menginginkan kalian berdua malam ini.

'Oke,saya bisa sendiri,Mas.'Kata Wulan setelah membuka pintu kamar. 'Ga apa-apa,Non. Saya antar aja sampe ke dalam...'Kata gw berani mengingat situasi hotel yang sudah sepi. gw menerobos pintu kamar sambil mendorong Wulan. 'Apa-apaan ini, Mas....'Bentak Wulan. 'Eh...diam kamu. Atau saya kalap dan bunuh kalian berdua.'Ancamku sambil menutup pintu kamar, dan mengDanygi kuncinya. 'Non Wulan duduk di sana!!!' Perintahku semakin berani setelah Wulan menunjukkan ketakutan pada gw. Wulan pun duduk di kursi yang ada dekat tempat tidur king size. gw pun meletakkan tubuh Feny terlebih dahulu di kasur.

'Eeeemmm....'Feny bereaksi ketika tubuhnya terhempas. susunya sempat terguncang. Membuatku semakin terangsang. Tapi nanti dulu, sayang. gw ingin dipanaskan dulu oleh bibir mungil Wulan,pikirku sambil menelan air ludah. gw pun menghampiri Wulan. 'Kamu masih mau hidup,bukan?' Kata gw pada Wulan. Diikuti anggukan pelan Wulan. 'Kalo gitu ikuti perintahku.....buka reslitingku. Dan elus kontol gw dengan lembut.' Wulan menuruti. Terlihat masih canggung. Mungkin dia belum pernah melakukannya pada cowok lain. kontol gw langsung menegang dengan elusan Wulan. Ukurannya yang 18 centi dengan diameter yang gede, membuat tangan mungil Wulan tidak bisa menggenggamnya dengan utuh.

'Aaaahh...hh..hh..Kamu berbakat sekali,sayang. Sekarang kulum dia.'Perintah gw lagi. Wulan terdiam, sepertinya dia agak bingung. 'Hisep....atau kamu mampus.'Bentak gw membuyarkan kebingungannya. gw sodorkan kontol gw di bibirnya yang seksi. Dan Wulan pun bekerja sesuai perintah gw. Mulutnya terbuka penuh menerima kontol gw yang sudah berdiri gagah. Meskipun hanya 1/3 masuk tapi hangatnya mulut Wulan membuat sensasi yang luar biasa. gw pun menarik rambut kepalanya untuk maju mundur demi menambah kenikmatan langka ini. Sambil menangis, Wulan melakukannya dengan baik untuk level pemula. Sesekali dia mau tersedak, ketika gw memaksakan untuk lebih masuk lagi. Tangan gw yang satu lagi menyobek kaos tipis yang dikenakannya hingga memperlihatkan seluruh isi dadanya yang putih bersih ini.

'Aaaacchhh....hebat kamu cantik. Sudah cukup. Cukup. Sekarang, kamu liat baik-baik. Ini show hebat yang ga ada di sinetronmu.'Kata gw sambil mencabut kontol gw yang sudah siap tempur. gw beralih ke arah ranjang. gw buka resliting Feny yang masih tidur dalam kondisi maboknya. Setelah gw pelorot Jeans ketat itu, sempat gw tertegun melihat pemandangan di depan gw. Aiiiih, Mak. Seksi sekali paha punya artis ini. Tidak seperti pelacur yang biasa gw sambangi. Ya, iya lah bodoh, ini kan artis!hohoho.. Tangan gw beralih ke kaos putih ketat milik Feny. gw angkat perlahan hingga lepas. Sempat gw cium dan gw gigit lehernya karena begitu gemas dengan keindahan luar biasa ini. Dan dengan buru-buru gw lepas bra milik Feny hingga memperlihatkan gundukan indah milik artis idola gw ini. Sempat gw main-mainkan dua putingnya. Lalu ciuman turun ke perut dan terus turun ke bawah. Menuju liang kenikmatan gadis tercantik di Indonesia ini.

'Aaaaacchhh...'Feny sempat mendesah sesaat setelah lidah gw mengaduk memeknya. Harum sekali memek milik artis ini. Membuat gairah gw semakin melambung tinggi. Setelah memeknya gw rasakan cukup basah. gw mengambil posisi tempur. Adik gw sudah menghunus dengan tidak sabarnya. Dua tangan gw memegang pinggul ramping Feny. Dan pelan-pelan kontol gw yang sudah menempel di bibir memek ini bergerak menembusnya. Feny sempat mengejang dengan penetrasi ini. Tapi pengaruh alkohol membuat dia tidak bisa keluar dari kondisi tidak sadarnya. 'Tolong jangan....Mas,kasihan mbak Feny..'Nia merengek di kursi tempatnya duduk sambil menutupi dua susunya yang sudah bebas menggantung. 'Eh...diam kamu. Liat aja. Masih rewel juga gw potong lehermu.' Bentak gw. Dengan tidak sabar gw hentakkan pantat gw hingga kontol perkasa gw meluncur menusuk semakin dalam. 'Aaaaaahhh...hh...enak sekali punyamu Feny gw. Akhirnya gw bisa mencicipimu.'Desah gw dengan napas terputus-putus. Memang memiaw Feny ternyata sudah tidak perawan. Tapi nampaknya, siapa pun kontol yang pernah bekerja dengannya tidak sebesar milik gw. Sempat gw diamkan kontol gw yang sudah terbenam seluruhnya untuk merasakan pijatan erotis memek Feny.

'Eeeemmm..mm..aaaah..'Feny dalam pingsannya tampaknya juga masih merespon rangsangan dari genjotangw yang mulai cepat. Peluh mengalir di tubuh gw menandakan ritme 'pekerjaan' ini semakin cepat. gw merapatkan dada gw ke dada Feny. Merasakan kenyalnya susu artis ini menempel di dada gw. Bibir gw seolah tidak mau ketinggalan, terus mengulum bibir yang beraroma alkohol ini, lehernya yang jenjang. Tangan gw dengan gemas meremas kuat dua susu Feny bergantian. Tubuh Feny berguncang-guncang di atas ranjang empuk menerima hujaman kontol gw yang semakin liar. susunya naik turun menggemaskan. Sensasi yang luar biasa, aaaah...bejo-nya gw, gumam gw dalam hati. Remasan memek Feny juga mulai terasa semakin kuat mencengkram. Liangnya yang semakin basah, semakin membuat gerakan dan manuver kontol gw semakin lancar. 'Aaaaah...Feny- gw. Nikmat sekali.' gw menyerocos ga jelas karena kenikmatan luar biasa ini.

Tangan gw mencengkram kasar pinggul Feny. Pantat gw semakin bertenaga naik turun. Dan kemaluan gw yang besar sudah mulai berkedut-kedut menandakan orgasme sebentar lagi datang melanda. gw tanjapkan dalam-dalam semua batang kontol gw dalam liang kenikmatan Feny, disertai semburan air mani yang luar biasa mengalir menambah sensasi sebuah orgasme. 'Uuuuuuugggghhh....'Tubuh gw ambruk seiring melemasnya seluruh tubuh gw. kontol gw masih tertancap dengan semua kenikmatan yang baru saja didakinya. keringat gw meleleh membasahi seluruh badan Feny yang masih terlelap dengan tak bersalahnya. 'Aaaahhh...nikmat sekali. Kamu lihatkan, Wulan. Itu tadi seks yang fantastis,bukan?' Kata gw puas sambil melirik Wulan yang duduk sambil menekuk dua lututnya menutupi susunya. gw tahu di sela pergumulan gw tadi, beberapa kali Wulan tak tahan juga untuk melirik apa yang sedang terjadi. Nafasnya terdengar terengah karena terangsang oleh apa yang dia lihat dan dengar. 'Aaah...'gw mencabut kontol gw yang sudah mulai menciut dari memek Feny. Menyisakan ceceran air mani yang mengalir di sela memek yang enak ini. Tubuh gw ambruk di samping idaman gw.

Wulan ga bisa ngomong dan tidak bisa berbuat apa kerana hanya bisa diam saja menyaksikan temannya diperkosa di hadapannya dan hanya bisa meratapi nasibnya!

TAMAT